Saturday, July 22, 2017

Asal Mula Nama Kota Balikpapan

Menurut cerita rakyat yang diceritakan secara turun temurun di kalangan masyarakat Kalimantan Timur, sejak tahun 1700 an di tanah Pasir sudah ada sistem pemerintahan kerajaan yang sangat teratur. Di bawah pemerintahan kerajaan tersebut, rakyat hidup sejahtera. Kekuasaan raja yang memimpin pada waktu itu sangat luas, membentang hingga ke bagian selatan. Daerah tersebut merupakan sebuah teluk yang kaya akan hasil laut, dan pemandangan disana pun sangat indah. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sepanjang teluk hidup sebagai nelayan dan petani yang sangat makmur.

Sultan yang memerintah kerajaan pada waktu itu adalah Sultan Aji Muhammad. Sultan mempunyai seorang putri bernama Aji Tatin. Putri tersebut menikah dengan Raja Kutai. Kepada ayahnya, Aji Tatin meminta warisan untuk masa depannya. Sultan Aji Muhammad kemudian memberikan wilayah teluk yang saat itu memang belum memiliki nama.

Pada suatu hari, ketika orang-orang yang bertugas mengumpulkan upeti dari rakyat untuk Aji Tatin sedang naik perahu, datanglah angin topan yang dahsyat. Upeti dari rakyat yang sedang mereka bawa saat itu berupa papan dengan jumlah yang sangat banyak. Karena merasa tidak mampu untuk melawan badai, para pendayung perahu tersebut berusaha merapat ke pantai. Namun, karena gelombang yang sangat besar dan angin topan tersebut, perahu pun terhempas ke sebuah karang. Alat untuk mendayung (tokong/galah) pun patah dan perahu pun karam. Panglima Sendong yang memimpin rombongan tersebut dan semua anak buahnya meninggal.

Jadi, menurut legenda atau cerita rakyat Kalimantan Timur ini, nama Balikpapan diambil dari kejadian saat perahu yang berisi papan terbalik karena diterpa badai. Sedangkan pulau karang yang tertabrak oleh perahu hingga karam kini dinamakan Pulau Tukung.

Legenda Alue Naga


Suatu hari Sultan Meurah mendapat khabar tentang keresahan rakyatnya di suatu tempat, lalu beliau mengunjungi tempat tersebut yaitu sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya.
"Tuanku banyak ternak kami raib saat berada di bukit Lamyong," keluh seorang peternak. "Terkadang bukit itu menyebabkan gempa bumi sehingga sering terjadi longsor dan membahayakan orang yang kebetulan lewat dibawahnya," tambah yang lainnya. "Sejak kapan kejadian itu?" Tanya Sultan Meurah. "Sudah lama Tuanku, menjelang Ayahanda Tuanku mangkat," jelas yang lain.
Sesampai di istana Sultan memanggil sahabatnya Renggali, adik dari Raja Linge Mude. "Dari dulu aku heran dengan bukit di Lamnyong itu," kata Sultan Meurah. "Mengapa ada bukit memanjang disana padahal disekitarnya rawa-rawa yang selalu berair," sambung Sultan Meurah. "Menurut cerita orang tua, bukit itu tiba-tiba muncul pada suatu malam," jelas Renggali, "abang hamba, Raja Linge Mude, curiga akan bukit itu saat pertama sekali ke Kuta Raja, seolah-olah bukit itu mamanggilnya," tambahnya. "Cobalah engkau cari tahu ada apa sebenarnya dengan bukit itu!" Perintah Sultan.
Maka berangkatlah Renggali menuju bukit itu, dia menelusuri setiap jengkal dan sisi bukit tersebut, mulai dari pinggir laut di utara sampai ke kesisi selatan, "bukit yang aneh, "bisik Renggali dalam hati. Kemudian dia mendaki bagian yg lebih tinggi dan berdiri di atasnya, tiba-tiba dari bagian di bawah kakinya mengalir air yang hangat. Renggali kaget dan melompat kebawah sambil berguling. "Maafkan hamba putra Raja Linge!" Tiba-tiba bukit yang tadi di pinjaknya  bersuara. Renggali kaget dan segera bersiap-siap, "siapa engkau?" Teriaknya. Air yg mengalir semakin banyak dari bukit itu membasahi kakinya, "hamba naga sahabat ayahmu," terdengar jawaban dari bukit itu dikuti suara gemuruh.


Renggali sangat kaget dan di perhatikan dengan seksama bukit itu yang berbentuk kepala ular raksasa walaupun di penuhi semak belukar dan pepohonan. "Engkaukah itu? Lalu di mana ayahku? Tanya Renggali. Air yang mengalir semakin banyak dan menggenangi kaki Renggali. "Panggilah Sultan Alam, hamba akan buat pengakuan!" Isak bukit tersebut. Maka buru-buru Renggali pergi dari tempat aneh tersebut. Sampai di istana hari sudah gelap, Renggali menceritakan kejadian aneh tersebut kepada Sultan.
"Itukah Naga Hijau yang menghilang bersama ayahmu?" Tanya Sultan Meurah penasaran. "Mengapa dia ingin menemui ayahku, apakah dia belum tahu Sultan sudah mangkat?"  tambah Sultan Meurah. Maka berangkatlah mereka berdua ke bukit itu, sesampai disana tiba-tiba bukit itu bergemuruh. "Mengapa Sultan Alam tidak datang?" Suara dari bukit. "Beliau sudah lama mangkat, sudah lama sekali, mengapa keadaanmu seperti ini Naga Hijau? Kami mengira engkau telah kembali ke negeri mu, lalu dimana Raja Linge?" Tanya Sultan Meurah. Bukit itu begemuruh keras sehingga membuat ketakutan orang-orang tinggal dekat bukit itu.
"Hukumlah hamba Sultan Meurah," pinta bukit itu. "Hamba sudah berkhianat, hamba pantas  dihukum," lanjutnya. "Hamba sudah mencuri dan menghabiskan kerbau putih hadiah dari Tuan Tapa untuk Sultan Alam yang diamanahkan kepada kami dan hamba sudah membunuh Raja Linge," jelasnya. Tubuh Renggali bergetar mendengar penjelasan Naga Hijau, "bagaimana bisa kamu membunuh sahabatmu sendiri?" Tanya Renggali.
"Awalnya hamba diperintah oleh Sultan Alam untuk mengantar hadiah berupa pedang kepada sahabat-sahabatnya, semua sudah sampai hingga tinggal 2 bilah pedang untuk Raja Linge dan Tuan Tapa, maka hamba mengunjungi Raja Linge terlebih dahulu, beliau juga berniat ke tempat Tuan Tapa untuk mengambil obat istrinya, sesampai di sana Tuan Tapa menitipkan 6 ekor kerbau putih untuk Sultan Alam, kerbaunya besar dan gemuk.
Karena ada amanah dari Tuan Tapa maka Raja Linge memutuskan ikut mengantarkan ke Kuta Raja, karena itu kami kembali ke Linge untuk mengantar obat istrinya. Namun di sepanjang jalan hamba tergiur ingin menyantap daging kerbau putih tersebut maka hamba mencuri 2  ekor kerbau tersebut dan hamba menyantapnya, Raja Linge panik dan mencari pencurinya lalu hamba memfitnah Kule si raja harimau sebagai pencurinya, lalu Raja Linge membunuhnya.
Dalam perjalanan dari Linge ke Kuta Raja kami beristirahat di tepi sungai Peusangan dan terbit lagi selera hamba untuk melahap kerbau yang lezat itu, lalu hamba mencuri 2 ekor lagi, Raja Linge marah besar lalu hamba memfitnah Buya si raja buaya sebagai pencurinya maka dibunuhlah buaya itu. Saat akan masuk Kuta Raja, Raja Linge membersihkan diri dan bersalin pakaian ditepi sungai, lalu hamba mencuri 2 ekor kerbau dan menyantapnya tetapi kali ini Raja Linge mengetahuinya lalu kami bertengkar dan berkelahi, Raja Linge memiliki kesempatan membunuh hamba tetapi dia tidak melakukannya sehingga hamba lah yang membunuhnya," cerita naga sambil berurai air mata.
"Maafkanlah hamba, hukumlah hamba!" terdengar isak tangis sang naga. Mengapa engkau terjebak disini?" Tanya Sultan Meurah. "Raja Linge menusukkan pedangnya ke  bagian tubuh hamba sehingga lumpuhlah tubuh hamba kemudian terjatuh dan menindihnya, sebuah pukulan Raja Linge ke tanah membuat tanah terbelah dan hamba tertimbun di sini bersamanya," jelas sang naga.
"Hamba menerima keadaan ini, biarlah hamba mati dan terkubur bersama sahabat hamba," pinta Naga Hijau. "Berilah dia hukuman Renggali, engkau dan abangmu lebih berhak menghukumnya," kata Sultan Meurah. "Ayah hamba tidak ingin membunuhnya, apalagi hamba, hamba akan membebaskannya," jawab Renggali. "Tidak! Hamba ingin di hukum sesuai dengan  perbuatan hamba," pinta Naga Hijau. "Kalau begitu bebaskanlah dia!" Perintah Sultan Meurah.
Maka berjalanlah mereka berdua mengelilingi tubuh naga untuk mencari pedang milik Raja Linge, setelah menemukannya, Renggali menarik dengan kuat dan terlepaslah pedang tersebut namun Naga Hijau tetap tidak mau bergerak. "Hukumlah hamba Sultan Meurah!" Pinta Naga Hijau. "Sudah cukup hukuman yang kamu terima dari Raja Linge, putranya sudah membebaskanmu, pergilah ke negerimu!" Perintah Sultan Meurah.
Sambil menangis naga tersebut menggeser tubuhnya dan perlahan menuju laut. Maka terbentuklah sebuah alur atau sungai kecil akibat pergerakan naga tersebut. Maka di kemudian hari daerah di pinggiran Kuta Raja itu disebut Alue Naga, disana terdapat sebuah sungai kecil yang disekitarnya di penuhi rawa-rawa yang selalu tergenang dari air mata penyesalan seekor naga yang telah mengkhianati sahabatnya.

The Princess and the Pea

Once upon a time there was a prince who wanted to marry a princess; but she would have to be a real princess. He traveled all over the world to find one, but nowhere could he get what he wanted. There were princesses enough, but it was difficult to find out whether they were real ones. There was always something about them that was not as it should be. So he came home again and was sad, for he would have liked very much to have a real princess.

One evening a terrible storm came on; there was thunder and lightning, and the rain poured down in torrents. Suddenly a knocking was heard at the city gate, and the old king went to open it.

It was a princess standing out there in front of the gate. But, good gracious! what a sight the rain and the wind had made her look. The water ran down from her hair and clothes; it ran down into the toes of her shoes and out again at the heels. And yet she said that she was a real princess.

Well, we'll soon find that out, thought the old queen. But she said nothing, went into the bed-room, took all the bedding off the bedstead, and laid a pea on the bottom; then she took twenty mattresses and laid them on the pea, and then twenty eider-down beds on top of the mattresses.

On this the princess had to lie all night. In the morning she was asked how she had slept.

"Oh, very badly!" said she. "I have scarcely closed my eyes all night. Heaven only knows what was in the bed, but I was lying on something hard, so that I am black and blue all over my body. It's horrible!"

Now they knew that she was a real princess because she had felt the pea right through the twenty mattresses and the twenty eider-down beds.

Nobody but a real princess could be as sensitive as that.

So the prince took her for his wife, for now he knew that he had a real princess; and the pea was put in the museum, where it may still be seen, if no one has stolen it.

[Hans Christian Andersen]

Rapunzel

Long time ago there lived a married couple. They were very lonely because they did not have children who accompanied them. Every day the couple prayed to god to be given a child. Until one day his wife was pregnant. Her husband was very happy and the days they turned into happiness. One day his wife fell ill. She suffered a strange illness. So many times, her husband treated her but she was still sick. The husband also confused his wife was getting worse. Even she did not want to eat and drink. “You have to eat a lot so that our children healthy!” said her husband. “I cannot eat any food” replied his wife.
The husband thought that deep in the forest there was a magical flower that can cure all diseases guarded by a witch. Because of his love for his wife, he went to the forest. After arriving in the woods, he crept to take the flowers. When she was picking the flowers that were in the midst of garden, the witch knew. She was furious and wanted to kill him. “Please do not kill me. My pregnant wife was sick. If I did not give this magical flower she and my baby will die “the husband said. Finally the witch let him go, but with one condition when the baby was born, he had to give the baby. Without thinking, her husband agreed.
When he got home, he gave the magic flower to his wife. Then his wife’s illness miraculously disappeared and she born a beautiful baby. When the baby was born, the witch came. She robbed the baby and took him away. They could not do anything about it.
The witch was holding their baby at a very high tower with no doors. The tower only has a window in it. Witch was raising the child in the tower and named her Rapunzel. Rapunzel grew into a beautiful girl. Her hair which was never cut became very long. The witch was always coming to the tower to bring food. She always called him from below, “Rapunzel let your hair down”. She used her hair as a rope to climb the tall tower.
Rapunzel stayed on top of the tower alone even she never saw human except that witch. She had a very beautiful voice so that her days were spent to sing. One day, a handsome prince passed the tower. He heard Rapunzel singing so beautifully. He fell in love with her voice. The prince came to the tower every day to hear Rapunzel sing. One day, the prince saw a witch climbed the tower using Rapunzel hair.
The next day, the prince tried to climb the tower. She called Rapunzel. “Rapunzel let down your hair” he said. The prince climbed to the top of the tower. Having reached the top, Rapunzel surprised that the one who came is not witch but others. They both met each other until they become lovers. The prince told everything to Rapunzel and Invited Rapunzel to escape. However, when they wanted to escape, the wicked witch came and pushed the prince of the top tower so that he was blind.
The witch was very angry. She cut Rapunzel’s hair and discarded her into the faraway desert. The prince who was blind looked for Rapunzel for years. He walked alone and finally reached the desert. One day, he heard a voice he knew singing. The prince realized that it was the voice of Rapunzel. Eventually they both met again. They hugged and cried with joy until Rapunzel’s tears fell to the eye of prince. Then the prince got his sight back. Afterwards the prince brought Rapunzel to his kingdom and they lived happily ever after.

The honest boy

Once upon a time, there was an old king who was very sad because he did not have a boy as a successor to his throne. The king finally decided to adopt a son who will be a prince. Then the king held an announcement to all the boys in his kingdom that he was looking for someone to be adopted as his son. All the boys in the country got together to meet the king. The king became confused because there were many boys proposed themselves as a potential prince. Then he thought so hard to find the boy who deserves to be a prince. Finally, the king got an idea. He distributed seeds to all the boys. Then he said that anyone who could grow the seeds into beautiful flowers would become the prince.
All the boys in the country planted and cared the seeds carefully. Including a boy named Yong Tu, he planted that seed well. He also watered and gave fertilizer to the seed every day. But after some time, he wondered why the seed didn’t grow into a plant. He was almost disappointed at the condition. One of his friends named Park Ha came and asked, “Why do not your seeds grow into a plant?” “I do not know. I had taken care of the seed well.” Answer Yong Tu. Park Ha mocked him and showed his seed that grows into a beautiful flower. “Mine has grown and has a beautiful flower. I will be the successor of this kingdom “said Park Ha with arrogant.
Shortly after that, the election of the prince arrived. All the boys in the country lined up and wore their best clothes. They also carried pots containing plant with beautiful flowers. Then the king approached them one by one to choose his successor candidate. But the king was very sad when he saw all the boys brought plants with beautiful flowers. When he almost disappointed, the king saw a boy in the back row, holding an empty flower pots.
The king approached the boy and asked, “Why are you carrying a pot that no plant flowers?” “I maintain the seed that I sowed every day, but it did not germinate at all.” The boy replied and cried. Then the king smiled at him. “This is my adopted son who will be a prince” said the king to the people. All the boys were shocked. They asked the king, “Why did my lord choose the boy without flower? Did not you want a child who can grow the most beautiful flower? “
“I shared you the seed that has been boiled. Those seeds should not grow into plants. “The king answered. They were all embarrassed with the king. In fact, the king didn’t want the boy who could grow the most beautiful flowers. He chose someone who is honest. All the boys in the country replaced the seeds given by the king to another seeds. However Yong Tu didn’t do that because he was honest. Therefore the king chose him as the prince.

Cerita Dongeng Anak Anak : Pengembara Dan Beruang



Dua pengembara pergi ke dalam hutan. Hutan itu dikenal sebagai hutan yang penuh dengan binatang buas. Sebenarnya dua pengembara itu merasa takut. Tetapi, dalam perjalanan kali ini, mereka memang harus melewati hutan itu.
“Apa yang akan kau lakukan jika ada binatang buas di sini?” tanya Pengembara Pertama.
“Aku akan berlari. Tapi kalau temanku kesulitan, aku akan terlebih dulu menolong temanku,” jawab Pengembara Kedua.

Mereka terus berjalan melewati hutan. Sesampainya di tengah hutan, rupanya ada beruang yang mengikuti mereka. Beruang itu mengagetkan mereka.
Pengembara Pertama langsung berlari menyelamatkan diri. Ia tak menghiraukan Pengembara Kedua. Pengembara Pertama naik ke atas pohon yang tinggi. Sementara itu, ia melihat temannya hampir diserang oleh beruang.
Pengembara Kedua sungguh panik. Ia ingat sebuah cerita. Konon, beruang tidak akan pernah menyerang musuh yang telah mati. Pengembara Kedua lalu pura-pura mati. Dalam hati, ia masih sangat ketakutan.
Beruang itu mendekati Pengembara Kedua dan mengendus kepalanya. Sementara itu, Pengembara Pertama tak melakukan apa pun pada beruang itu. Ia tak berani menyerang beruang yang hampir memakan temannya.
Rupanya, beruang merasa bahwa Pengembara kedua telah mati. Beruang pun meninggalkan Pengembara Kedua.
Melihat hal itu, Pengembara Pertama turun dari pohon. Ia segera menghampiri Pengembara Kedua.
“Kau tak apa-apa?” tanya Pengembara Pertama.
“Kau lihat, hampir saja beruang itu menyerangku. Untunglah aku memiliki cara untuk menghindarinya,” dengus Pengembara Kedua.
“Sepertinya tadi beruang itu membisikkan sesuatu padamu. Apa yang dia bisikkan?” tanya Pengembara Pertama, penasaran. Padahal, beruang itu hanya mengendus Pengembara Kedua.
“Iya, dia berbisik dan bilang bahwa aku pergi dengan teman yang salah. Sebab, teman yang baik akan selalu ada saat temannya susah,” ucap Pengembara Kedua.
Pengembara Pertama tertunduk malu. Memang tak seharusnya ia meninggalkan Pengembara Kedua saat temannya itu sedang berada dalam kesulitan.
“Maafkan aku,” ucap Pengembara Pertama. Pengembara Kedua pun melanjutkan perjalanannya. Ia masih kesal dengan Pengembara Pertama. Padahal, ia selalu menolong Pengembara Pertama saat temannya itu sedang dalam kesulitan. Ia memang akan memaafkan Pengembara Pertama, tapi ia ingin memberi pelajaran terlebih dahulu kepada temannya itu.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Anak Anak : Pengembara Dan Beruang adalah saat temanmu dalam masalah, bantulah dia. Jangan sampai kau meninggalkannya.

Kumpulan Dongeng Anak : Gema Dalam Gua

“Ayah, kita akan pergi ke mana?” tanya seorang anak kepada ayahnya.
“Kita akan pergi ke gunung. Kau pasti akan menyukainya. Akan ada banyak pelajaran yang kau peroleh di sana nanti,” ucap sang Ayah.
Mereka pergi dengan membawa bekal makanan dan minuman. Mereka terus berjalan menuju sebuah gunung. Jalan menuju gunung itu sangat terjal, bahkan tak jarang membuat anak itu terpeleset.
“Kau harus hati-hati. Di sini juga banyak jurang,” ucap ayahnya.
Anaknya mengangguk. Tetapi, karena kurang berhati-hati, ia terpeleset lagi dan terperosok ke dalam jurang. Untunglah jurang itu tak terlalu dalam.
“Ayah, tolong aku.” teriak anak itu. Tiba-tiba, ada pantulan suara yang sama dari jurang tersebut.
Ayahnya segera menolongnya. Untunglah anak itu tak terluka. Tetapi, anak itu masih penasaran. Saat dia berteriak tadi, ada suara yang sama dengan teriakannya itu. Si Anak kembali berteriak untuk mendapat jawaban dari rasa penasarannya.

cerita dongeng anak anak terbaik
“Woi, siapa di sana?” teriaknya.
“Woi, siapa di sana?” balas suara yang entah dari mana asalnya itu.
“Hei, jawab aku.” seru anak itu kembali.
“Hei, jawab aku.” suara itu membalas lagi dengan ucapan yang sama, seperti meledek. Si Anak pun menjadi kesal. Bukannya mendapat jawaban dari pertanyaannya, ia malah
mendapatkan suara yang sama.
“Dasar kau pengecut.” teriak anak itu.
“Lagi-lagi ia mendapatkan jawaban yang sama.” Sungguh jengkel anak itu. Kemudian ia pun
bertanya kepada ayahnya.
“Ayah, siapa yang selalu mengikuti suaraku?” tanya anak itu, kesal.
“Itu namanya gema, Nak. Terpantul dari suaramu sendiri. Jadi sebenarnya tidak ada yang mengikuti suaramu,” jelas ayahnya.
“Aku anak pintar!” seru ayahnya, tiba-tiba. Kemudian terdengar pantulan yang sama seperti yang diteriakkan oleh sang Ayah. Anaknya lalu mengerti dari mana suara itu berasal.
“Kita bisa belajar dari gema itu. Apa pun yang kita lakukan, akan kembali lagi pada diri kita. Jika kita berbuat baik, maka kebaikan juga yang akan kita dapatkan. Namun, jika kita berbuat buruk, maka keburukan pula yang akan kita dapatkan.” terang ayahnya.
Mendengar penjelasan itu, anaknya mengerti.
Sungguh, alam memang memberikan banyak pelajaran bagi kita yang mau memahaminya.
Pesan moral dari Kumpulan Dongeng Anak : Gema Dalam Gua adalah apa pun yang kita lakukan akan kembali pada diri kita. Jadi, ayo banyak-banyak berbuat baik.

peterpan

In an area called Edwardian in London lived Wendy Darling with her two younger brothers. Their parent Left them in a house care belonging to the lady Nana. On a night when Mrs. Nana was away, Wendy Darling awakened by a strange sound. Then she ran toward the sound. She saw a boy named Peter Pan. Wendy was surprised and asked him, “What are you doing here?” “I’m looking for my shadow” Peter replied. Finally Wendy helped peter to look for his shadow. After finding the shadow, Wendy was sewing Peter’s shadow to stick on as before. Finally Peter Pan got its shadow back. He thanked to Wendy and promised to visit her again.
After a few days, Peter Pan returned to visit Wendy. He was accompanied by a jealous little fairy named Tinker Bell. Wendy was very happy; she introduced them both to her younger brother. Peter Pan told them all about Neverland, a world full of wonders. He also would like to invite them to go and stay at Neverland. Wendy and her brother were happy about that invitation. They also agreed to go.
“Before you go you have to learn to fly first” asked Peter Pan. Wendy Darling and her brother were confused because they did not know how to fly. Then Tinker bell was helping them. She sprinkled magic dust toward Wendy and her brother. Finally, the three of them can fly. With the help of Peter pan, they came out of the window of the house to Neverland.
Wendy and her brothers stayed for a few weeks at Neverland. They lived with a bunch of missing children. They were children who were lost and never found again. There Wendy and her brothers played happily with them. The Lost Children asked Wendy to be their mother. Wendy could not refuse the request. Afterward, she became their caregivers. Wendy always tells a story to them before going to bed.
An evil pirate named captain hook looking for the presence of Peter Pan and the lost children. Captain hook is their enemy in Neverland. He was revenge against Peter Pan because he already cut his hand and gave it to crocodiles. The crocodile ate that hand and a clock belonging to captain hook. The clock kept ringing in the belly of the crocodile. That crocodile continued to follow him hook it continues wherever he went. For months, captain hooks looked for their hiding place. After a long time, he finally discovered the hiding place. Then he began to make plans to catch them.
After so long cared by Wendy Darling, the lost children began to feel nostalgic with a real family. Wendy also invited them all to stay with her in real world. They were very happy and wanted to go with Wendy. Eventually they all asked Peter Pan to let them go into the real world. At first Peter Pan refused, but after they forced he allowed them. He asked Tinker Bell to make way to real world. Wendy also invited Peter Pan to go, “Come with us!” “No I will not ever go out of this world and become adult” said Peter Pan. He was going to leave them.
When Wendy and the lost children were about to go to the real world, captain hook was coming. He kidnapped them to his ship. Tinker Bell who survived told Peter Pan, “Peter, Wendy and the others have been kidnapped by Captain Hook!” Tinker Bell said. Peter Pan was shocked, “I have to save them!” said Peter Pan.
Peter Pan flew very quickly into a pirate ship to save them. Above the ships, Peter Pan saw they were tied. With its intelligence, Peter Pan made a sound like a clock rang. The sound made the whole crew frightened. They thought that it was crocodile who wanted to attack them anymore. One by one, the crew went to jump into the water. Then Peter pan jumped on board to attack remain crew. Finally Peter Pan managed to release Wendy and the lost children. Realizing he had been duped, captain hooks out and attacked Peter Pan. Then fierce battle happened between them. They were clashing their swords on board. Peter Pan pushed captain hook fell into the sea and then captain hook eaten by a crocodile that was waiting for him in the sea. Finally they all survived from captain hook.
The missing children changed their minds. They wanted to stay in Neverland with Peter Pan and Tinker Bell. Then Peter Pan was escorted Wendy and her brothers returned to the real world. Once safely home, Wendy asked Peter Pan to stay with them. But Peter Pan still rejected it. He promised to visit Wendy again someday.